KECANDUAN GAME
25 September 2014
1 Comment
Gue punya teman seorang gamer. Namanya Wahyoe. Nama lengkapnya Yoyok Petromak. Entah bagaimana dia bisa dipanggil Wahyoe masih menjadi sebuah misteri. Mungkin dulu ketika bikin akte kelahiran petugasnya salah ketik, gue juga tidak tahu.
Memang di antara teman-teman gue hanya Wahyoe yang paling mengerti tentang game. Rekor pertama yang pernah dia capai dalam dunia per-game-an adalah menamatkan game uler-uleran di hp nokia dengan skor 500. Tapi itu dulu, sekarang dia sudah jago, sudah bisa menamatkan game tersebut dengan skor yang lebih tinggi, 501.
Wahyoe jago banget urusan main game. Di tempat tongkrongan kami dia mendapatkan julukan "Dewa Game". Namanya sudah menyebar luas ke seluruh penjuru RT. Kalian tahu game Resident Evil? Yang musuhnya zombie itu lho.. Katanya dia kalo main game tersebut tidak perlu memakai tembak untuk membunuh musuhya. Cukup dibacakan ayat kursi saja zombienya sudah kepanasan.
Itu baru game Resident Evil, belum lagi Nascar Rumble. Wahyoe kalo main Nascar Rumble mobilnya suka dimodif-modif. Mulai dari bodinya diceperin mepet tanah, knalpotnya diganti racing, sampai kaca belakangnya ditempelin stiker caleg. Pada bagian roda, katanya biar rodanya bisa berputar dengan stabil diganti saja pakai roda kehidupan.
Meskipun Wahyoe seorang gamer yang tangguh, tapi kata teman-teman dia kurang jago jika main PES. Sepertinya memang benar, di antara teman-teman gue hanya Wahyoe yang tidak mengerti dunia bola. Jadi waktu itu gue berniat menantang Wahyoe tanding PES di rumahnya Jajang.
Jajang bukanlah siapa-siapa, melainkan sebuah jasad yang di dalamnya ditiupkan roh oleh Tuhan dan dititipkan menjadi teman kami. Jajang satu-satunya teman kami yang mempunyai PS di rumahnya.
Awalnya Wahyoe menolak tantangan gue karena tahu kalau dirinya tidak jago main PES. Tapi setelah gue bujuk memakai mie kremes akhirnya dia meng-iya-kan tantangan gue.
Siang itu kita pergi ke rumah Jajang. Kebetulan rumah Jajang sedang sepi, orang tuanya lagi pergi ke luar kota. Gue sama Wahyoe yang sebelumnya sudah memberi tahu Jajang soal mau numpang main PS di rumahnya akhirnya diijinkan. Ketika kami baru datang ke rumahnya, Jajang yang waktu itu sedang menulis sesuatu apalah itu gak penting, akhirnya langsung menyuruh kami mainkan PS-nya.
Setelah menyalakan TV dan PS, gue langsung ambil stik 1 dan Wahyoe mengambil stik 2 soalnya dia tidak bisa memprogram PES. Gue waktu itu pilih Chelsea, sementara Wahyoe masih bingung menentukan klub mana yang akan dipilihnya. Setelah capek menunggu, akhirnya gue menyarankan dia untuk memilih klub favoritnya saja.
"Udah pilih klub favorit lo aja bro!" Gue.
"Ini lagi gue cariin dari tadi gak ada!" Dia.
"Emang klub favorit lo apaan?" Gue tanya.
"NANKATSU!" Jawabnya.
".........................................."
Oke, kita skip saja obrolan tidak penting tadi!
Akhirnya kita sampai juga pada kick off babak pertama, setelah sebelumnya Wahyoe gue sarankan untuk memilih Manchester United saja. Hampir gue memulai kick off-nya, kemudian Wahyoe menanyakan fungsi-fungsi tombol pada stik. Gue maklumi karena ini debut pertamanya main PES.
"Bro, kalo mau umpan pencet tombol apa?"
"Tombol X!" kata gue.
"Terus kalo nendang?"
"Pencet kotak!" jawab gue.
"Lari?"
"R1!"
"Kalo balikan sama mantan pencet tombol apa bro?"
".................................."
(ada hening yang panjang)
PRRIIIITTTT!!! Babak pertama selesai. Gue unggul 15 - 0. Kemudian Wahyoe mulai mencari kambing hitam untuk menutupi ketertinggalannya tersebut. Iya, seperti pemain PES pada umumnya, dia menyalahkan stiknya rusak. Sebenarnya alasan ini sudah gue tebak sejak awal.
"Stiknya rusak nih!!!" katanya.
"Coba sini tukeran sama gue!" gue tantangin dia.
"OKE!!"
Babak ke-2 dimulai, Wahyoe agak senang karena sekarang dia unggul 15 - 0. Memang gue sengaja tidak menukarkan klubnya juga, dengan tujuan agar dia semangat karena sudah unggul banyak. Jadi waktu itu gue dengan terpaksa harus memakai Manchester United. Tapi kesenangan Wahyoe hilang seketika, setelah babak ke-2 usai. Gue berhasil membalikan keadaan menjadi 15 - 20. Wahyoe mulai mencari alasasan lagi. Pikir gue tidak mungkin dia menyalahkan stik rusak. Memang benar kali ini dia tidak menyalahkan stik rusak, tetapi alasan barunya ini sangat tidak masuk akal dalam dunia per-PES-an. Yang bener saja, masak dia menyalahkan wasit pertandingan.
"Bro, gue curiga kemenangan lo ini hasil kecurangan!" kata Wahyoe.
"Maksud lo?" gue tanya.
"Emang wasitnya lo bayar berapa?"
"........................."
Akhirnya dia ngajakin gue main sekali lagi. Oke gue ladenin, kali ini gue pakai Arsenal, sementara dia pakai Persibo Bojonegoro. Lagi! gue menang dengan skor yang tidak perlu disebutkan. Kali ini alasan Wahyoe malah lebih parah, dia menyalahkan pelatihnya.
"Pelatihnya goblok nih, masak pasang striker cuma satu orang. Sulit ngegolin dong!!" katanya sambil marah-marah.
Ada yang aneh, kalau main PES itu kan yang mengatur formasinya kita sendiri, jadi kalau ingin pasang 2 striker atau lebih ya tinggal formasi saja terserah kita. Kenapa harus menyalahkan pelatihnya?? Aneh...
Sepertinya gue harus menyudahi saja permainan ini, sebelum Wahyoe mulai menyalahkan pihak-pihak yang tidak ada kaitannya dengan permainan PES. Gue takut kalau Wahyoe gue ladenin terus, nanti dia akan menyalahkan Petugas PLN, Tukang gali sumur, sampai menyalahkan letak Galaksi Bimasakti yang sedikit condong ke barat.
Waktu itu gue pura-pura ditelfon orang tua kalau gue disuruh pulang. Gue bilang ke Wahyoe badak di rumah gue lepas, dan gue disuruh mencarinya. Untung saja Wahyoe percaya. Akhirnya gue bisa pulang dan Wahyoe masih melanjutkan main PES bersama Jajang.
Semenjak kejadian itu, gue sering dikomplain sama Jajang, karena Wahyoe ternyata mulai tertarik dengan permainan PES. Dia sering main ke rumah Jajang tidak kenal waktu hanya untuk bermain PS saja. Jajang merasa risih. Sebagai pemilik rumah Jajang tidak enak kalau harus mengusir Wahyoe. Gue sudah membujuk Wahyoe menggunakan seribu cara, termasuk membujuknya memakai mie kremes, tapi dia tetap tidak percaya. Gue juga pernah bilang ke dia,
"Bro tau gak lo, kalo menurut mitos di Skotlandia, mereka yang kebanyakan main PES akan berjodoh dengan pohon pisang!"
tapi dia tetap saja masih kekeh suka main PS di rumah Jajang. Pada akhirnya setelah Jajang menjual PS-nya, Wahyoe tidak lagi main ke rumah Jajang. Gue pikir dia sudah sembuh, ternyata belum. Dia sekarang malah sering main PS di rentalan.
Masalah Jajang sudah selesai, tapi gue masih merasa bersalah, karena gue lah yang mengenalkan Wahyoe dengan PES hingga membuatnya kecanduan seperti ini. Gue pusing memikirkan cara menghentikan kecanduannya terhadap game ini. Sempat terlintas dalam pikiran gue bagaimana kalau minta bantuan Konoha saja. Tetapi itu tidak mungkin.
Akhirnya gue ingat kata-kata bijak dari teman gue, Yasit Wortel. Gue pinjam saja kalimatnya untuk menyadarkan Wahyoe, kali saja dia percaya.
Gue kirimi Wahyoe sms.
"Bro, masih suka main PES?"
"Masih!!" balesnya.
"Akhir-akhir ini gue perhatiin lo suka main ke rentalan PS!?"
"Sering banget malahan!" katanya.
Terus gue bales "SEBENERNYA, GUE PIKIR SELAMA INI LO BUKAN MAIN GAME, TAPI GAME YANG MEMPERMAINKAN LO!"
Kemudian dia tidak membalas sms gue lagi. Sepertinya quote dari Yasit Wortel ini nusuk banget ke dalam hatinya hingga menembus ke lambung sampai paru-parunya. Ternyata benar, setelah kejadian sms itu Wahyoe tidak lagi suka pergi ke rentalan PS. Sekarang dia sudah mulai aktif nongkrong bersama gue dan teman-teman lagi. Gue senang, akhirnya Wahyoe yang dulu sudah kembali. Ini semua berkat kata-kata Yasit Wortel.
Terimakasih Tuhan, terimakasih Yasit Wortel. :):):):)
Sebenarnya anak yang kecanduan bermain game terutama RPG memiliki gelombang otak diatas rata-rata sehingga jika ia mampu memanfaatkan gelombang otaknya dengan cara yang tepat ia bisa menjadi anak yang jenius dan berprestasi disekolahnya, buktikan di www.bakatsuper.com
ReplyDelete